Kerugian Ekonomi Israel Dampak Perang di Gaza Hingga Januari 2025

Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) mencapai
kesepakatan dengan pendudukan Israel untuk menghentikan perang di Gaza yang
telah berlangsung selama 15 bulan, menewaskan dan melukai puluhan ribu warga
Palestina di wilayah tersebut.
Dengan pelaksanaan kesepakatan yang dijadwalkan mulai pada 19 Januari mendatang, perhatian kini tertuju pada kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh perang terhadap Gaza. Namun, klaim angka kerugian yang diumumkan oleh Israel dipertanyakan oleh beberapa pihak, termasuk surat kabar Calcalist.
Selama pekan ini, Calcalist meragukan laporan pemerintah Israel yang menyatakan bahwa defisit fiskal tahun 2024 mencapai 6,9% dari produk domestik bruto (PDB), atau sekitar 136 miliar shekel (36,1 miliar dolar AS).
Menurut analisis surat kabar tersebut, kenyataan sebenarnya lebih suram, dengan defisit mencapai 7,2% dari PDB, atau sekitar 142 miliar shekel (37,7 miliar dolar AS).
Prediksi Defisit dan Dampak Ekonomi
Kementerian Keuangan Israel sebelumnya memperkirakan pada akhir 2023 bahwa anggaran 2024 akan mencatat defisit sebesar 4,9% dari PDB, dibandingkan dengan defisit aktual sebesar 4,2% pada 2023.
Meskipun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich memuji angka defisit yang masih di bawah 7%, warga Israel tetap menghadapi kenaikan biaya hidup dan perlambatan pertumbuhan ekonomi, menurut laporan Calcalist.
Israel telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonominya beberapa kali, terutama sejak awal perang terhadap Gaza, yang menunjukkan penurunan yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya.
Perkembangan Defisit Anggaran Israel di Tahun 2024 (Bulan
per Bulan):
·
Januari: Defisit mencapai
4,5% dari PDB pada awal tahun.
·
Februari: Meningkat menjadi
4,8%, dipicu oleh peningkatan belanja pertahanan untuk menghadapi ketegangan
regional.
·
Maret: Naik menjadi 5,2%
karena intensifikasi persiapan militer.
·
April: Defisit mencapai
5,7% akibat kekhawatiran keamanan yang berlanjut.
·
Mei: Meningkat menjadi
6,1%, dengan tambahan pengeluaran pemerintah.
·
Juni: Defisit mencapai
6,6%, angka yang semula ditargetkan untuk setahun penuh.
·
Juli: Defisit terus
meningkat, menyentuh 7,0% dari PDB.
·
Agustus: Melampaui target
tahunan dengan mencapai 7,5%.
·
September: Defisit melonjak
ke 8,5%, akibat eskalasi perang di Gaza dan Lebanon, dengan pengeluaran
mencapai 103,4 miliar shekel (28 miliar dolar AS).
·
Oktober: Defisit sedikit
menurun menjadi 7,9%.
·
November: Kembali meningkat
ke 8,2%.
· Desember: Defisit stabil pada 7,7%.
Kerugian Besar Akibat Perang
Menurut Kementerian Keuangan Israel, sejak dimulainya perang terhadap Gaza pada 7 Oktober 2023, Israel telah menderita kerugian hingga 125 miliar shekel (34,09 miliar dolar AS).
Pada Senin lalu, kementerian tersebut melaporkan bahwa Israel mencatat defisit anggaran sebesar 19,2 miliar shekel (5,2 miliar dolar AS) pada Desember 2024. Defisit ini disebabkan oleh peningkatan pengeluaran untuk mendanai perang di Gaza dan Libanon.
Namun, angka tersebut tampaknya hanya mencerminkan biaya perang langsung tanpa mempertimbangkan dampak luas yang ditimbulkan perang terhadap berbagai aspek kehidupan di Israel.
Surat kabar ekonomi Israel, Calcalist, mengungkapkan bahwa total biaya perang terhadap Gaza hingga akhir 2024 diperkirakan mencapai 250 miliar shekel (67,57 miliar dolar AS), berdasarkan estimasi Bank Israel.
Surat kabar tersebut menjelaskan bahwa angka ini mencakup “biaya keamanan langsung, pengeluaran sipil yang besar, serta kerugian pendapatan, tetapi tidak mencakup semua faktor.”
Kemerosotan Sektor Pariwisata dan Penutupan Perusahaan di
Israel
Akibat perang terhadap Gaza dan front lainnya, industri pariwisata di Israel mengalami penurunan drastis. Pariwisata yang masuk ke Israel menurun lebih dari 70% pada tahun 2024, dibandingkan tahun 2023. Penurunan ini bahkan mencapai lebih dari 80% dibandingkan tahun puncak sebelum pandemi COVID-19 pada 2019.
Menurut data Biro Statistik Israel, jumlah wisatawan yang masuk pada 11 bulan pertama tahun 2024 hanya mencapai 885 ribu orang, dengan proyeksi mencapai 952 ribu wisatawan untuk keseluruhan tahun. Sebagai perbandingan, pada 11 bulan pertama tahun 2023, Israel menerima 2,95 juta wisatawan, dengan total mencapai 3 juta wisatawan pada akhir 2023.
Penutupan Perusahaan Akibat Konflik
Sebuah laporan dari situs ekonomi dan bisnis Israel, Wassala, mengungkapkan bahwa sekitar 60 ribu perusahaan kecil dan menengah tutup pada tahun 2024. Jumlah ini menunjukkan peningkatan 50% dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Banyak perusahaan pariwisata terdampak langsung oleh konflik dan akhirnya terpaksa tutup.
Penurunan jumlah wisatawan paling terlihat selama perang Israel dengan Lebanon. Pada Agustus 2024, Israel menerima 304,1 ribu wisatawan, tetapi jumlah ini merosot menjadi 89,7 ribu wisatawan pada September 2024. Penurunan berlanjut hingga Oktober, dengan hanya 38,3 ribu wisatawan, sebelum sedikit meningkat menjadi 52,8 ribu wisatawan pada November 2024, menurut data Biro Statistik Israel.
Dampak pada Dunia Usaha
Menurut laporan *Times of Israel*, perusahaan informasi komersial Coface BDI memperkirakan bahwa sekitar 60 ribu perusahaan akan tutup pada tahun 2024 karena dampak perang di Gaza.
CEO Coface BDI, Yoel Amir, mengatakan:
"Tidak ada sektor ekonomi yang kebal terhadap dampak perang yang sedang berlangsung. Perusahaan-perusahaan menghadapi realitas yang sangat kompleks, termasuk ketakutan akan eskalasi konflik, ketidakpastian mengenai kapan perang akan berakhir, serta tantangan seperti kekurangan tenaga kerja, penurunan permintaan, peningkatan kebutuhan pembiayaan, biaya pembelian yang meningkat, dan masalah logistik."
Dengan tantangan yang begitu besar, sektor ekonomi Israel berada dalam tekanan berat, dengan sektor pariwisata dan perusahaan kecil menjadi yang paling terdampak.
Krisis di Sektor Konstruksi Israel
Sektor konstruksi di Israel mengalami kelumpuhan setelah perang terhadap Gaza dimulai dan pekerja Palestina dilarang bekerja di Israel. Statistik pada Agustus 2024 mengungkapkan fakta-fakta berikut:
- Kerugian mingguan sektor konstruksi mencapai 644 juta
dolar AS.
- 50% lokasi konstruksi ditutup akibat kekurangan tenaga
kerja.
- Penundaan rata-rata dalam pengiriman apartemen baru
diperkirakan mencapai 36 bulan.
- Kekurangan tenaga kerja di sektor konstruksi Israel mencapai 140 ribu pekerja.
Peringatan Bank Sentral Israel
Pada Oktober 2024, Bank Sentral Israel memperingatkan para eksekutif bank tentang risiko yang dihadapi sektor konstruksi dan real estat. Bank sentral menekankan pentingnya "pengelolaan risiko yang hati-hati selama periode ini", dan memberikan panduan khusus kepada bank dalam memperbarui penilaian risiko terkait sektor ini, sebagaimana dilaporkan oleh Bloomberg.
Dampak Larangan Pekerja Palestina
Menurut Bloomberg, sebelum perang dimulai pada Oktober 2023, sepertiga tenaga kerja di lokasi konstruksi Israel adalah pekerja Palestina. Namun, pemerintah Netanyahu melarang sekitar 150 ribu pekerja Palestina dari Tepi Barat masuk ke Israel dengan alasan keamanan.
Sebagai gantinya, pemerintah berjanji untuk merekrut pekerja asing sebagai pengganti, tetapi langkah ini belum cukup untuk mengatasi dampak besar pada sektor konstruksi Israel.
Penurunan Investasi di Israel
Menurut laporan dari Associated Press pada Oktober 2024, Israel mulai mengalami penurunan signifikan dalam investasi asing, karena para investor merasa khawatir dengan situasi keamanan yang tidak stabil.
- Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan Israel yang
dikutip oleh Times of Israel, nilai investasi asing pada paruh pertama
2024 turun sebesar 28% dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi 11,8 miliar dolar
AS.
- Laporan dari surat kabar Globes mengungkapkan bahwa
investasi dalam modal ventura (start-up) untuk perusahaan-perusahaan Israel
juga menurun sebesar 6% pada periode Oktober 2023 hingga September 2024.
- Selain itu, terjadi penurunan tajam sebesar 30% dalam jumlah investasi asing maupun investasi domestik di Israel selama periode tersebut.
Penurunan ini mencerminkan dampak jangka panjang dari situasi perang terhadap perekonomian Israel, dengan sektor keamanan yang rapuh menjadi faktor utama yang mengurangi kepercayaan investor.
Meningkatnya Tingkat Kemiskinan di Israel
Laporan kemiskinan Israel tahun 2024, yang dirilis pada Desember lalu, mengungkapkan bahwa sekitar seperempat populasi Israel hidup di bawah garis kemiskinan. Selain itu, 65% warga Israel mengalami kerugian finansial, yang memperingatkan potensi keruntuhan ketahanan sosial akibat perang yang terus berlanjut.
Menurut laporan dari organisasi kemanusiaan Latet,
yang cuplikannya dipublikasikan oleh surat kabar Yedioth Ahronoth dan Israel
Hayom:
- 32,1% warga Israel mengalami penurunan kondisi finansial
selama tahun 2024.
- Sekitar satu juta warga Israel menghadapi kesulitan membayar tagihan kebutuhan dasar.
Laporan tersebut juga mencatat dampak sosial yang
signifikan:
- Hampir 50% anak-anak dari keluarga yang menerima bantuan
menghadapi masalah psikologis dan kesulitan dalam prestasi akademik.
- Lebih dari setengah lansia dalam kelompok ini terpaksa berhenti menggunakan obat-obatan karena keterbatasan finansial. Mereka juga mengalami peningkatan rasa kesepian dan kecemasan.
Kondisi ini mencerminkan dampak mendalam dari konflik yang berkepanjangan terhadap masyarakat Israel, tidak hanya dari sisi ekonomi tetapi juga kesejahteraan sosial secara keseluruhan.
Kerugian Masa Depan Akibat Perang Gaza
Surat kabar Calcalist menggambarkan biaya perang di Gaza sebagai "berat" dan mencerminkan "kegagalan" dalam perang terhadap wilayah tersebut. Surat kabar itu juga menekankan bahwa konflik ini akan membutuhkan peningkatan besar dalam anggaran Kementerian Pertahanan Israel selama dekade mendatang.
Menurut laporan, anggaran militer di masa depan akan
diarahkan untuk:
- Pembelian lebih banyak pesawat, helikopter, kendaraan
lapis baja, senjata, dan amunisi.
- Investasi pada personel militer, termasuk pelatihan dan peningkatan kualitas tentara Israel.
Pengalihan Pendapatan Gas Alam
Calcalist mencatat bahwa pendapatan dari gas alam di Laut Mediterania, yang seharusnya dialokasikan untuk Kementerian Kesehatan dan Pendidikan, kini kemungkinan besar akan dialihkan ke Kementerian Pertahanan Israel.
Rekomendasi Penambahan Anggaran Militer
Laporan dari Komite Pemeriksaan Anggaran Pertahanan, yang
dikenal sebagai "Komite Nagel" (berdasarkan nama ketuanya, Yaakov
Nagel), merekomendasikan:
- Penambahan anggaran sebesar 275 miliar shekel (74 miliar
dolar AS) dalam sepuluh tahun ke depan.
- Ini berarti peningkatan rata-rata 27,5 miliar shekel (7 miliar dolar AS) per tahun.
Selain itu, pada 7 Januari 2025, The Jerusalem Post melaporkan bahwa komite tersebut mengusulkan peningkatan anggaran pertahanan hingga 15 miliar shekel (4,1 miliar dolar AS) per tahun selama lima tahun ke depan.
Rekomendasi ini mencerminkan upaya Israel untuk memperkuat kapasitas militernya, meskipun dengan biaya besar yang membebani perekonomian dan mengalihkan sumber daya dari sektor lain seperti kesehatan dan pendidikan.
Sumber: Aljazeera
Posting Komentar