Mengapa Kekakuan Arab Terhadap Hamas dan Perlawanan Terus Berlanjut?

Table of Contents

Dr Mohsen Shaleh

Mengapa Kekakuan Arab Terhadap Hamas dan Muqawamah Terus Berlanjut?

Dr. Mohsen Mohammad Saleh

Pada tahap awal pertempuran dan agresi, analisis objektif menunjukkan ketidakpuasan dari negara-negara Arab "moderat" terhadap Hamas, karena dianggap merusak proses perdamaian dan normalisasi yang telah menerima pukulan berat. Keinginan ini tidak disembunyikan oleh banyak pemimpin dan tokoh Arab ketika berbicara dengan pejabat Amerika atau Barat, untuk mengakhiri Hamas dan kekuasaannya di Gaza. Kritik tajam terhadap Hamas juga datang dari negara-negara yang telah melakukan normalisasi seperti UEA dan Bahrain. Konferensi puncak Arab-Islam diadakan terlambat, penuh dengan kebekuan dan minim substansi serta dampak. Negara-negara yang telah melakukan normalisasi tetap mempertahankan hubungan politik mereka dengan Israel, meskipun intensitas normalisasi menurun. Bahkan, beberapa dari negara tersebut memberikan jalur perdagangan darat alternatif kepada Israel (dari UEA hingga Palestina yang diduduki), untuk mengatasi pemotongan jalur suplai Israel oleh Houthi di Laut Merah.

Namun, bukankah sudah banyak fakta penting yang muncul dan menuntut negara-negara Arab untuk meninjau kembali situasi dan memperbarui perhitungan mereka sebelum peristiwa terus berkembang dan sejarah meninggalkan mereka?

Beberapa poin penting yang menonjol:

1. Performa luar biasa Muqawamah Palestina selama 230 hari, yang terus berlanjut dengan efektivitas tinggi, menunjukkan ketidakmungkinan mengalahkan Hamas.

2. Dukungan besar dari masyarakat terhadap Hamas dan Muqawamah, baik di Palestina maupun di dunia Arab, Islam, dan internasional, membuktikan kegagalan upaya mencitrakan Muqawamah sebagai negatif.

3. Kegagalan Israel dalam mencapai tujuan perang, baik dalam menghancurkan Hamas, membebaskan tawanan, atau menduduki Gaza.

4. Kegagalan Amerika Serikat dan sekutunya dalam mendukung Israel, serta kerugian besar yang dialami oleh citra AS sendiri.

5. Keberhasilan perlawanan dalam meruntuhkan teori keamanan Israel dan mengguncang keyakinan akan dominasi Israel di kawasan.

6. Krisis internal besar yang dialami Israel, baik secara politik, keamanan, militer, maupun ekonomi.

7. Dukungan global yang meningkat untuk Palestina dan Muqawamah, serta pengakuan luas atas kejahatan Israel.

8. Perubahan sikap beberapa negara terhadap Israel, termasuk pemutusan hubungan dan pengakuan negara Palestina.

Meskipun begitu, pemerintah Arab "moderat" tidak siap untuk perubahan nyata dan akan terus "menganga" selama tidak terkena dampaknya secara langsung. Hal ini disebabkan oleh:

- Fokus pada kepentingan sempit dan mengabaikan kepentingan nasional dan masalah umat.

- Ketergantungan pada hegemoni AS dan kemampuan Israel dalam mengatasi Hamas.

- Ketidakmampuan memahami perubahan besar yang ditimbulkan oleh Tufan Al-Aqsa.

- Ketiadaan visi yang jelas untuk melepaskan diri dari dominasi Barat.- Permusuhan terhadap Islamis dan ketakutan akan dampak gerakan perlawanan Hamas di kawasan.

Mungkin rezim resmi akan terus mengelola situasi dengan langkah minimal dan menunggu hingga debu pertempuran mereda. Namun, keberlanjutan kebrutalan Zionis, bencana kemanusiaan yang berlanjut di Palestina, ketahanan perlawanan, dan meningkatnya perhatian dunia, semuanya akan menjadi elemen perubahan dan pemberontakan serta kebangkitan kemarahan di kalangan rakyat Arab. Pemerintah tidak bisa terus bertaruh pada cengkeraman besi mereka, atau pada alat-alat pengalihan perhatian, atau pada upaya mencemarkan perlawanan; pengalaman sejarah di kawasan ini menunjukkan bahwa perubahan mendadak dan gelombang yang membalikkan keadaan serta perhitungan bisa terjadi kapan saja.

Sumber: Arab 21, 24 Mei 2024

Posting Komentar