Masa Depan Entitas Israel antara Integrasi dan Disintegrasi
Masa Depan Entitas Israel antara Integrasi dan Disintegrasi
Oleh Dr. Mohsen Mohammad Saleh
(Penulis dan Peneliti Palestina )
Titik Kritis Israel: Puncak atau Awal Penurunan?
Setelah 76 tahun berdiri, apakah entitas Israel telah mencapai puncaknya dan mulai mengalami penurunan? Apakah faktor-faktor kelemahan mulai mengalahkan kekuatan, dan Israel telah mencapai "titik kritis" di mana kekuatan untuk jatuh sama besar dengan kekuatan untuk naik?
Fenomena Integrasi dan Disintegrasi
Fenomena "integrasi dan disintegrasi" adalah sesuatu yang biasa dalam sejarah dan kehidupan. Tidak ada negara atau kekuatan yang bisa terus-menerus naik atau bertahan di puncak untuk waktu yang lama. Ini adalah hukum alam dalam peradaban dan negara.
Faktor-faktor yang mempercepat kejatuhan negara termasuk penyebaran ketidakadilan dan korupsi. Ketidakadilan dan penindasan yang dilakukan oleh proyek Zionis, yang paling terlihat dalam perang di Gaza, mungkin akan mempercepat disintegrasi Israel. Kita bisa melihat tanda-tanda disintegrasi ini baik secara internal, regional, maupun internasional. Selain itu, fenomena kemewahan biasanya muncul di negara-negara setelah tahap pendirian dan kebangkitan, dan ini juga mempercepat kejatuhan.
Puncak Kejayaan Israel
Israel berhasil mengumpulkan sekitar 45% populasi Yahudi dunia, dengan jumlah sekitar 7,1 juta Yahudi di Palestina pada tahun 2022. Israel juga berhasil mengukuhkan dirinya sebagai "negara di atas hukum," dengan pengaruh global yang besar dan lobi-lobi kuat di negara-negara besar. Mereka berhasil mengabaikan lebih dari 900 resolusi PBB dan memanfaatkan hak veto Amerika untuk melindungi kepentingannya.
Secara ekonomi, Israel mencapai tingkat yang maju dengan PDB sekitar 525 miliar dolar pada tahun 2022, dengan pendapatan per kapita 55 ribu dolar per tahun, setara dengan tingkat pendapatan di Eropa Barat. Israel juga unggul dalam industri teknologi tinggi dan memiliki kekuatan militer terkuat di kawasan ini, dengan lebih dari 200 bom nuklir.
Ancaman dan Risiko Disintegrasi
Namun, ada ancaman nyata yang dihadapi Israel. Populasi Palestina terus bertambah, melebihi jumlah populasi Yahudi di Palestina sejak tahun 2022. Kekuatan perlawanan di Tepi Barat dan Gaza semakin meningkat, menjadi ancaman strategis nyata. Dukungan rakyat Palestina terhadap perlawanan juga meningkat, sementara dukungan terhadap pemerintah Ramallah menurun.
Jalur perdamaian kehilangan daya tariknya dan gagal membawa solusi bagi konflik, sementara upaya normalisasi dengan negara-negara Arab dan Islam hanya mencapai permukaan.
Lingkungan strategis di sekitar Israel tidak stabil, dengan potensi perubahan besar yang bisa mengguncang kawasan lebih dari Arab Spring sebelumnya. Masyarakat Israel juga menghadapi masalah internal, dengan meningkatnya konflik etnis dan ideologis, serta penyebaran gaya hidup hedonis dan penurunan kualitas militernya.
Israel juga mulai menjadi beban bagi Amerika Serikat dan negara-negara Barat, dengan biaya yang semakin tinggi dan isolasi internasional yang meningkat.
Kesimpulan
Israel mengalami "pertarungan" antara kekuatan dan ancaman, yang membuatnya sulit untuk terus naik. Operasi "Badai Al-Aqsa" mengguncang Israel, merusak teori keamanannya, dan mengungkapkan kerentanannya. Kemampuan perlawanan untuk bertahan di Gaza dan kegagalan Israel untuk mencapai tujuannya mungkin menjadi tanda penting dalam sejarah.
Jika Israel gagal menghancurkan Hamas dan mengakhiri ancaman dari Gaza, ini bisa menjadi awal dari hitungan mundur bagi Israel. Meskipun Israel mencoba untuk tidak masuk ke tahap penurunan, tanda-tanda penurunan sudah mulai muncul dan kemungkinan akan mempercepat dalam jangka menengah dan panjang.
---
Dr. Mohsen Mohammad Saleh
- Penulis dan Peneliti Palestina
- Direktur Jenderal Pusat Studi dan Konsultasi Al-Zaytouna

Posting Komentar